Sabtu, 03 Maret 2012

Tantrum Batita

Temper tantrum atau tantrum sering terjadi pada anak usia 15 bulan sampai 6 tahun, yaitu perilaku meluapkan emosi secara meledak-ledak dan tidak terkontrol. Bentuk tantrum bisa menangis sekerasnya, berteriak, berguling, memukul, menendang, melempar, sampai tiduran di sembarang tempat.

Biasanya tantrum terjadi pada anak yang aktif dengan energi yang berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak yang dianggap "sulit" dengan ciri2 : (1) kebiasaan tidur, makan, dan BAB tidak teratur, (2) berada dalam fase negativistik, berperilaku agresif (marah) bila tidak dipenuhi keinginannya,fase ini normal dalam masa pertumbuhan, (3) berada dalam masa egosentris, melihat keinginannya dari sudut pandang sendiri, sehingga  saat keinginan tidak tercapai diluapkan dalam bentuk tantrum, fase ini juga tahap perkembangan emosi di usia batita.

Secara umum penyebab tantrum pada anak antara lain : (1) Tidak berhasil mendapat apa yang diinginkan, (2) Tidak mampu mengungkapkan karena keterbatasan bahasa, (3) Bosan atau kesal pada anak aktif karena butuh ruang gerak yang lebih luas, (4) Dimanja orang tua atau orang tua tidak konsisten, (5) Lelah, lapar, sakit, (6) Stres belajar atau tugas sekolah, (7) Tidak mendapat contoh pelampiasan emosi secara positif.

Penanganan untuk tantrum batita :
1. Berikan respon dengan baik, karena pemahaman masih terbatas, gunakan bahasa yang mudah, dengarkan apa yang dia mau, kompromi saat tenang
2. Bersikap konsisten, bila memang hal yang diinginkan itu dilarang, pertahankan jangan menyerah meski tantrum, agar terjadi proses belajar bahwa tidak semua harus dikabulkan dengan sikap tantrum, jelaskan pula dengan lembut dan tegas kenapa dilarang.
3. Alihkan perhatian, bila mungkin alihkan perhatiannya pada permainan atau kegiatan yang disuka
4. Beri kesempatan belajar kontrol diri, diamkan saja saat tantrum agar dia mengatasi rasa kecewa karena keinginan tidak terkabulkan dan belajar kontrol diri setelah lepas kendali, sehingga merasa tantrum tidak berpengaruh apa2 dan tidak perlu diulangi lagi.

Walaupun tantrum termasuk normal dalam tahap perkembangan, tapi sebaiknya tidak dibiarkan karena dapat membahayakan anak atau orang lain, misalnya saat melempar barang, memukul, berguling di lantai. Dengan membantu mengatasi tantrum anak belajar mengontrol emosi negatif agar tidak menjadi bibit bertindak perilaku kasar dan agresif.
Kenali kebiasaan anak, bila ana tergolong aktif bergerak, jangan dibiarkan lama dalam ruangan atau rumah, ajaklah jalan keluar rumah, atau sempatkan singgah istirahat saat perjalanan jauh dalam mobil. Minimalkan stres anak dengan menemani (bukan membantu) mengerjakan tugas sekolah. Perhatikan pola asuh orang tua, jangan terlalu memanjakan dan overprotective, serta harus sepakat tindakan antara ibu dan ayah agar tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Orang tua perlu menahan emosi jangan sampai ikut marah dan  hindari menasehati anak saat tantrum karena dapat meningkatkan tantrum anak.

(Tabloid Nakita, no.674 - maret 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar