Jumat, 09 Maret 2012

PAUD Bukan Belajar Calistung

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang "sekolah Bisma", baru saja saya baca artikel di  http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/18/125274-balita-diajarkan-calistung-saat-sd-potensi-terkena-mental-hectic- Bahwa orang tua tidak seharusnya buru2 memasukkan anaknya ke sekolah yang mengajarkan calistung (baca tulis hitung) karena berbahaya untuk sisi mental anak. PAUD, Pendidikan Anak Usia Dini, itupun untuk konsumsi di atas 3 tahun, ternyata seharusnya memang belum mengajarkan calistung. 

Ck ck,, betapa saya merasa lega membatalkan Bisma ikut "sekolah" di Masjid Muhajirin kemarin yang jelas2 mengajarkan baca tulis sebelum masa TK. Insting saya ternyata mendekati benar, bahwa PAUD yang sbenarnya seharusnya lebih banyak waktu bermain dimana dalam permainan tersebut bisa diselipkan pelajaran2 sesuai kategori usia dini seperti : bermain warna, bentuk, anggota tubuh, kegiatan sehari2, benda2 di lingkungan sekitar, mengenal lingkungan alam, belajar kemandirian, berteman, adapun huruf dan angka hanya untuk pengenalan sambil bermain bukan untuk di-test baca tulis.

Calistung mungkin dimulai dari TK, itupun dengan syarat masuk TK di atas umur 5th, karena saat ini banyak SD yang mensyaratkan calon muridnya masuk SD di atas umur 7th dan sudah bisa calistung. Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, menjelaskan bahwa anak usia balita (bawah lima tahun) sebaiknya tak buru2 diajarkan baca tulis hitung karena dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental -- "Mental Hectic" (anak jadi pemberontak). Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali ke fitrahnya, SK Mendiknas no.58/2009, jadi tidak boleh sembarangan memberikan pelajaran calistung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar